Oborkaltim.com – Di era digital yang semakin berkembang, sistem pembayaran nontunai kian diminati masyarakat. Dompet digital dan metode pembayaran berbasis QRIS menjadi solusi praktis bagi banyak orang.
Namun, di tengah tren ini, para pelaku UMKM, khususnya pedagang tradisional, masih menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan teknologi tersebut.
Ketua Komisi I DPRD Penajam Paser Utara (PPU), Thohiron, menyoroti kesenjangan digital yang masih terjadi antara perkembangan teknologi keuangan dan kesiapan para pedagang kecil.
Menurutnya, meskipun transaksi digital semakin umum, banyak pedagang pasar yang belum terbiasa menggunakan sistem seperti QRIS.
“Banyak yang sudah beralih ke transaksi digital, tetapi masih ada pedagang pasar yang belum terbiasa dengan QRIS atau metode serupa,” ujar Thohiron, Senin (10/3/2025).
Selain kendala teknis, ia juga menyoroti biaya admin transaksi digital yang dianggap memberatkan pedagang kecil.
“Jika dikalkulasikan, potongan biaya admin cukup signifikan dan bisa mengurangi pendapatan dibandingkan dengan transaksi tunai,” lanjutnya.
Thohiron mencontohkan bahwa di berbagai acara seperti Pentas Seni dan UMKM, transaksi tunai masih lebih dominan. Hal ini menunjukkan perlunya dukungan bagi UMKM agar lebih melek teknologi.
“Pemerintah perlu hadir dengan solusi nyata, seperti pelatihan penggunaan sistem digital atau bantuan modal untuk pengadaan perangkat. Jangan sampai UMKM kita tertinggal,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa kesenjangan digital harus segera diatasi agar UMKM di PPU tetap kompetitif di era ekonomi digital.